POTRET INDONESIA
Indonesia dan Islam Masa Kini
Hari
ini dan hari kemarin, bangsa Indonesia banyak mencetuskan orang-orang cerdas
dengan mempunyai titel yang gagah dan perkasa. Kalaupun kita meninjau dari
letak geografis penduduk Bangsa Indonesia adalah mayoritas yang berkependudukan muslim. Maka dengan analogi
yang sama, orang muslimlah yang menghasilkan orang cerdas terbanyak di negri
ini. Namun, mengapa mereka hanya ingin mempopularitaskan dirinya sendiri?
Seakan beban moralitasnya tidak ada sama sekali, dan mirisnya lagi, praktek
komunisme masih saja mengalir di negri ini, budaya saling tertindas seakan
sudah menjadi warisan bangsa. Sadar atau tidak sadar, kalau kepribadian kita
saat ini telah dipenjarai oleh prilaku komunisme tersebut, sehingga kita tidak
bisa untuk meleluasakan diri darinya, padahal Allah telah mengingatkan kepada
kita dalam Al-Quran yang artinya “akankah kamu memakan daging saudaramu yang
telah meninggal”.
Mengingat
dengan perkembangan dunia yang serba modernnisme ini, tentu sangat
memprihatinkan sekali bagi para regenerasi bangsa. Apalagi era modernnisme itu di desain
sedemikian rupa, yang sifatnya dogmatis dari kalangan dunia barat yang sengaja
memporak-porandakan belahan dunia bagian timur yaitu melalui Globalisasi. Globalisasi itulah yang sengaja
diluncurkan dengan berbagai sarana dan prasarana yang sengaja mengharuskan
individu yang mendiami suatu bangsa harus menerapkannya dengan bermaksud untuk
saling berkompetisi antara satu dengan lainnya. Hal ini membawa dampak besar
bagi kita semua yang tengah mendiami bangsa yang mempunyai pupularitas
tertinggi dan gigih akan ideologi keislamannya, dan hal yang paling drastis perubahannya
adalah mengakibatkan kalangan regenerasi Islam diambang kehancuran, karena
itulah misi utama mereka.
Globalisasi juga mempunyai pilar
tersendiri, salah satunya adalah neoimperalisme. Karena itulah, Tuathail dan
Dalby (1998) mengatakan, neoimperalisme diwujudkan melalui rekayasa dan
skenario penguasaan secara tidak langsung atas wilayah suatu negara. Imperealisme itu
dioperasionalisasikan melalui:
Pertama;
secara
formal, melalui lembaga strategis, kelompok pemikir dan para akademisi. Kedua; secara praktis, misalnya melalui
kebijakan luar negri, birokrasi dan poloitik. Ketiga; secara umum, misalnya media masa, film dan sejenis lainnya.
Tentu dari ketiga kategori diatas nampak sekali dengan apa yang terjadi pada
negri ini.
Berbagai macam kesenjangan yang terjadi
dalam kehidupan era globalisasi saat ini adalah problem utamanya merupakan krisis moralitas. Survey membuktikan
bahwa problematika ini tumbuh dan berkembang bersama re genersi bangsa, khusunya
regenerasi islam. Padahal, peran para re generasi bangsa/islam adalah fondasi perkembangan
dan juga jembatan menuju puncak kejayaan bangsa/islam
Arus globalisasi yang begitu deras akan
membawa dampak serius, yaitu simpang siurnya struktural kehidupan. Problem ini
sebenarnya hanya bisa diatasi apabila setiap pribadi individu mempunyai tameng
kehidupan. Tameng itulah adalah wujud dari kesadaran yang dijadikan sebuah
beban dan tanggung jawab dan beban moral antar individu atapun kelompok secara
batinia dan lahiriah yang mempunyai peranan sebagai mobilisator umat dalam berbangsa,
bernegara dan beragama. Maka dari itu untuk mewujudkan peran generasi muda yang
lebih efektif, maka perlu adanya kader – kader yang berjiwa intelektualitas
yang melekat pada jati diri perorangan dengan semangat pergerakan untuk
berjuang demi kemaslahatan bersama.
Tidak ada komentar